Metode ACM Cepat Belajar Membaca Anak dan Dewasa

akucepatmembaca.com

“Metode Belajar Membaca Mudah, Cepat, Menyenangkan, Tanpa Mengeja, Tanpa Menghafal Huruf, Hanya 1 jilid, dan Anti Lupa”

pentingnya-membaca

Membaca Jadi Jendela Dunia

“Buku adalah jendela dunia”. Kunci untuk membukanya adalah membaca. Ungkapan ini secara jelas menggambarkan manfaat membaca, yakni membuka, memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang. Berbagai penelitian membuktikan bahwa lingkungan, terutama keluarga, merupakan faktor penting dalam proses pembentukan kebiasaan membaca.

Sejumlah siswa  SD Angkasa 3, Bandung, Jawa Barat, membaca buku di mobil perpustakaan keliling, Jumat (27/2). Mobil perpustakaan keliling yang dilengkapi dengan internet gratis bantuan PT Angkasa Pura II ini diharapkan bisa bermanfaat dan mewadahi minat baca masyarakat.

Gemar membaca tidak tumbuh begitu saja. Sebagian orang tua mencoba untuk rutin membacakan cerita atau mendongeng sebagai pengantar tidur anak-anak mereka. Ada orang tua mendongeng dengan mengarang cerita mereka sendiri atau membacakan sebuah buku. Sementara orang tua membacakan cerita, anak-anak mendengarkan sambil melihat gambar-gambar yang ada dalam buku. Dari sini petualangan imajinasi anak dimulai, bahkan cerita kadang terbawa dalam mimpi.

Bukan hanya keluarga, sekolah pun berperan penting dalam pembentukan kebiasaan membaca. Sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, Yoshiko Shimbun, memuat tulisan tentang peran sekolah dalam membentuk kebiasaan membaca di Jepang. Para guru mewajibkan siswa untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun dan diyakini turut mendorong perkembangan peradaban Jepang.

Survei telepon yang dilakukan Kompas pekan lalu belum sampai memotret peran sekolah tersebut, tetapi baru mencoba menangkap ada tidaknya kebiasaan membaca dalam keluarga. Hasil survei menunjukkan, kebiasaan membaca dalam keluarga diakui ada oleh lebih dari 80 persen responden. Umumnya mereka menyediakan waktu membaca setidaknya 30 menit per hari. Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena responden jajak pendapat didominasi kelompok usia 50 tahun ke atas, yang notabene baru mengenal gawai dan internet di usia dewasa. Bahan bacaan yang umum dipilih adalah surat kabar. Sementara internet menduduki posisi kedua sebagai sumber informasi (bahan bacaan).

Sebaliknya, satu dari lima responden menyatakan tidak memiliki kebiasaan membaca dalam keluarga mereka. Sebagian besar dari mereka (66,7 persen) mengaku bahwa keluarga mereka terbiasa melakukan kegiatan yang bersifat kumpul kerabat. Bentuk yang banyak dipilih adalah makan bersama keluarga dan biasanya dilakukan di luar rumah.

Manfaat membaca

Berbagai penelitian memperlihatkan kebiasaan membaca bacaan bermutu berkontribusi terhadap tingkat kecerdasan seseorang. Dengan membaca, seseorang terbantu untuk melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan menganggapnya sebagai tantangan yang harus diselesaikan.

Ada banyak manfaat membaca, di antaranya membantu pengembangan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan memori dan pemahaman. Dengan sering membaca, seseorang mengembangkan kemampuan untuk memproses ilmu pengetahuan, mempelajari berbagai disiplin ilmu, dan menerapkan dalam hidup.

Gemar membaca juga dapat melindungi otak dari penyakit alzheimer, mengurangi stres, mendorong pikiran positif. Membaca memberikan jenis latihan yang berbeda bagi otak dibandingkan dengan menonton TV atau mendengarkan radio. Kebiasaan membaca melatih otak untuk berpikir dan berkonsentrasi.

Menteri  Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan membacakan dongeng di depan anak-anak saat pencanangan
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Budi Santoso,  petugas perpustakaan keliling, menata dan menyiapkan buku sebelum mengunjungi sejumlah sekolah di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/7). Layanan perpustakaan keliling tersebut menjadi sarana untuk mengenalkan buku dan kebiasaan membaca bagi masyarakat.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Sekalipun banyak manfaat diperoleh dari kebiasaan membaca, tetapi banyak warga Indonesia cenderung menghabiskan waktu di depan pesawat televisi.

Minat baca rendah

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2012, tercatat sembilan dari sepuluh penduduk berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi. Sebaliknya, hanya 3 dari 20 warga yang menyukai membaca surat kabar, buku, dan majalah.

Jika dilihat dari rasio pembaca surat kabar, konsumsi satu surat kabar di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Jika di Filipina satu surat kabar dibaca 30 orang, di Indonesia satu surat kabar menjadi konsumsi bagi 45 orang. Idealnya, satu surat kabar dibaca 10 orang.

Tak hanya itu, setiap siswa sekolah menengah di beberapa negara maju wajib menamatkan buku bacaan dengan jumlah tertentu sebelum mereka lulus sekolah. Taufiq Ismail, sastrawan nasional, pernah menyatakan bahwa di Jerman siswa wajib menamatkan 22-32 judul buku (1966-1975), Jepang 15 judul buku (1969-1972), Malaysia 6 judul buku (1976-1980), Singapura 6 judul buku (1982-1983), Thailand 5 judul buku (1986-1991). Di Indonesia sejak tahun 1950-1997 terdapat nol buku atau tidak ada kewajiban bagi siswa untuk menamatkan satu judul buku pun. Kondisi ini masih berlangsung hingga sekarang.

Survei Kompas hanya memotret lingkup kecil masyarakat (perkotaan) di Indonesia dalam hal kebiasaan membaca. Namun, semua hasil pengamatan menunjukkan, kebiasaan membaca merupakan hasil pembentukan. Keluarga dan sekolah atau lingkungan di mana anak berada berperan penting dalam pembentukan kebiasaan membaca. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah beberapa negara di bidang pendidikan dirancang untuk mendukung pembentukan tersebut dengan melibatkan sekolah dan warga masyarakat (keluarga). (Litbang Kompas)

Presenter  Inne Sudjono membacakan cerita kepada anak-anak yang hadir dalam acara Festival Mendongeng di Perpustakaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Perpustakaan Cikini) di Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (10/10).  Kegiatan ini antara lain bertujuan untuk menumbuhkan minat anak agar gemar membaca buku.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNGPresenter Inne Sudjono membacakan cerita kepada anak-anak yang hadir dalam acara Festival Mendongeng di Perpustakaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Perpustakaan Cikini) di Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (10/10). Kegiatan ini antara lain bertujuan untuk menumbuhkan minat anak agar gemar membaca buku.

 

http://print.kompas.com/baca/opini/jajak-pendapat/2015/10/27/Membaca-Jadi-Jendela-Dunia

49 thoughts on “Membaca Jadi Jendela Dunia”

  1. Have you ever considered writing an ebook or guest authoring on other blogs?
    I have a blog based on the same ideas you discuss and would love to have you share some stories/information. I know my readers would
    appreciate your work. If you are even remotely interested, feel
    free to shoot me an e mail.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *